Endoskopi saluran cerna untuk deteksi dini kanker 

 

Sabtu 18 Juni 2022, saya saat itu  sebagai  Ketua Umum Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PB.PEGI) Ikatan Dokter Indonesia, turut meresmikan Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUD Mgr.Gabriel Manek Kabupaten Belu di  Atambua. Kabupaten Belu merupakan kabupaten terluar Indonesia berbatasan  langsung dengan negara Republik Demokratik Timor Leste. Kebetulan bupatinya seorang internist dan konsultan gastroenterologi hepatologi alumni subspesialis IPD FKUI. Pak Bupati menyampaikan berbagai gebrakan sudah dilakukan dalam 14 bulan  lebih beliau menjabat  menjadi Bupati khususnya memperbaiki pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bupati Belu dilantik pada tanggal 24 April 2021 oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur. Visi Bupati dan Wakil Bupati Belu ini adalah masyarakat Belu yang sehat, berkarakter dan kompetitif. Dalam 3 bulan pertama masyarakat  Belu sudah dipermudah  untuk berobat hanya dengan menggunakan KTP. Terakhir sepak terjang Pak Bupati ini  adalah pendirian pusat endoskopi saluran cerna di RSUD Mgr.Gabriel Manek Atambua pada tanggal 18 Juni 2022. Plt Direktur RSUD menyampaikan bahwa keberadaan alat ini sudah sesuai aturan dan menggunakan Dana Alokasi Khusus.



Keberadaan alat endosokopi di Rumah Sakit 

Pelayanan endoskopi saluran cerna ini merupakan satu-satunya, pelayanan endoskopi  di level  RSUD tingkat Kabupaten pada Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Bahkan di Pulau Jawa saja tidak semua RSUD kabupaten atau Kota mempunyai sarana Endoskopi Saluran Cerna. Kesadaran kepala daerah untuk mengadakan alat endoskopi saluran cerna masih rendah termasuk juga mengadakan dokter dan perawat yang terlatih untuk melakukan tindakan endoskopi saluran cerna. 

Selama ini, jika  masyarakat Belu  ingin  dilakukan endoskopi mereka  harus ke Kupang dengan jalan darat selama 6 jam itu pun hanya untuk tindakan diagnostik, kalau masyarakat  tidak mampu sampai akhir hayat kalau ada gangguan pencernaan tidak bisa dieksplorasi penyebabnya.   Kondisi ini sungguh  memprihatinkan apalagi Belu merupakan halaman depan republik Indonesia, daerah terluar yang berbatasan dengan  negara Timor Leste. 


Sebelumnya terinfo dari dokter umum dan dokter spesialis setempat, banyak ditemukan kasus-kasus perdarahan saluran cerna baik melalui atas dalam bentuk muntah darah maupun melalui anus dalam bentuk buang air besar  berdarah. Kalau pasien mampu, mereka akan  berangkat ke Kupang, Mataram, Denpasar atau ke Pulau Jawa. Padahal ongkos untuk mencapai kota-kota tersebut tidak murah dan akhirnya sampai akhir hayat mereka tidak tahu apa penyebab perdarahan tersebut. Selain itu banyak indikasi lain endoskopi antara lain diare kronis, sakit maag kronis, nyeri perut berulang disertai berat badan turun. Selain itu adanya benda asing yang masuk melalui saluran cerna atas misal anak tertelan uang logam atau koin, orang tua yang tertelah gigi palsu dapat dilakukan pengambilan benda asing tersebut melalui endoskopi.

Evaluasi awal gangguan saluran cerna

Pada saat launching pusat endoskopi saluran cerna tersebut juga dilakukan pemeriksaan pada 8 pasien dengan keluhan saluran cerna kronis  dan 1 tindakan pengikatan varises kerongkongan/esofagus. Ternyata tanpa kami duga sebelumnya dari 8 pasien kami mendapat tumor pada 3 pasien yaitu tumor esofagus, tumor lambung dan tumor usus besar dan dari penampakan endoskopi ketiga tumor ini  curiga ganas. Tim dokter mengambil sampel biopsi untuk pemeriksaan lebih lanjut dikirim ke Kupang. Karena biopsi dari saluran cerna ini akan dilakukan evaluasi histopatologi oleh seorang dokter patologi anatomi. 

Pada 3 kasus saluran cerna atas kita temukan peradangan pada kerongkongannya yaitu 
esofagitis erosif dengan hiatal hernia. Saya  yang melakukan pemeriksaan ini melihat bahwa dari kasus2 yang ada memperlihatkan kasus-kasus  yang terlambat untuk ditangani karena ketidakadaan alat diagnostik penting ini. Selain itu gaya hidup masyarakat yang menkonsumsi daging panggang serta minum alcohol merupakan factor risiko untuk terjadi kanker pada saluran cerna. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melakukan skrining kanker saluran cerna pada masyarakat Belu khususnya yang mengonsumsi tinggi daging panggang, tinggi konsumsi alkohol dan konsumsi rendah serat. Saaat ini perlu edukasi untuk mengurangi konsumsi daging merah terutama yang di panggang dan banyak mengkonsumsi serta, sayur dan buah-buahan. 


Alat endoskopi saluran cerna ini  memang bermanfaat bukan saja untuk skrining, kepastian diagnosis penyakit tetapi juga  tindakan terapeutik endoskopi misal pengikatan varises, pengambilan polip dan penyetopan perdarahan dengan klip (endoclip hemostatic). Dokter yang mengerjakan tindakan ini adalah dokter spesialis konsultan atau dokter spesialis penyakit dalam yang  telah mengikuti pelatihan di pusat  pelatihan endoskopi. Perawat yang mendampingi juga harus melakukan pelatihan endoskopi karena proses pembersihan dan perawatan alat canggih ini harus dilakukan secara hati-hati. Rumah sakit sudah mengirim 2 perawatnya untuk dilatih menjadi perawat endoskopi di RSCM Jakarta dan 2 dokter penyakit dalam juga akan dilatih untuk menggunakan alat endoskopi ini secara bertahap.  Semoga peralatan canggih ini bisa membantu masyarakat dan dukungan Pemda agar  bisa menginspirasi kepala daerah lain untuk bisa menghadirkan alat ini di RSUDnya.  Ini merupakan bagian dari transformasi kesehatan layanan sekunder/rujukan. 

 

Ari Fahrial Syam

Mantan Ketua umum Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia/Dekan FKUI